Rabu, 26 Januari 2011

Puisi Kesunyian

ku tak tahu mengapa aku merasa agak melankolis malam ini
Aku melihat lampu-lampu kerucut dan lalu lintas kota dengan warna-warna baru
Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan
Semuanya terasa mesra tapi kosong seolah-olah aku merasa diriku yg lepas
dan bayangan-bayangan yg ada menjadi puitis sekali d'jalan-jalan
Perasaan sayang yang amat kuat meguasai diriku
aku ingin memberikan rasa cinta kepada manusia... {Soe Hok Gie}
dan mimpi-mimpi itu kembali menembus pintu
duduk lagi di kursiku
menebarkan kata-kata indahnya
lalu hitam semakin mirip dengan putih

serpih-serpih asa menjerit tertempa masa
sesal-sesal yang melelahkan tak pernah lupa datang
namun arah sudah diambil, ya....
tak bisa kita berganti destinasi lagi

tiba-tiba waktu datang dan menutup segala omong kosong

Bengkulu, 27 Januari 2011
jika genta itu mulai bernyanyi
bangunkanlah aku
karena semuanya akan kumulai
jika bisikan-bisikan tanpa suara itu mulai terdengar
bangunkanlah aku
karena sudah tak ada waktu

sebab musim-musim telah berlalu
dan burung-burung tak di sarangnya lagi
mimpi-mimpi telah berkarat
harapan ialah mayat berulat
bumi ini ialah sarang kenyataan
di mana realita memenjarakan tiap asa
dan puisi-puisi dibuat mati suri:
tiada lagi jalan dahulu lurus

jika angin dingin mulai berhembus lagi
bangunkanlah aku
karena tak akan kubiarkan ini
diakhiri tanpa dimulai

Bengkulu, 01 Januari 2011
kesepian tak pernah butuh pemuja
kesepian tak butuh puji-pujian
ia hanyalah percikan embun di pucuk cemara
hanya ingin ditemani nyanyi sunyi roh-roh masa lalu
yang melayang penuh sesal di antara kabut desember
telah baal kalbuku
sakit tak kucecap lagi
kekalahan demi kekalahan membelenggu

hantu-hantu masa lalu berlagu sendu
mengumandangkan syair-syair putus asa
memimpin himne-himne penyesalan nan kelu

jauh di sana di depanku
kulihat setitik sinar memandu mata
apa hanya anganan semu?

surya datang luna berlalu
dan perjalanan panjang masih menanti
namun kutahu satu kutuju

lihat
Esok menarikan tarian-tarian abadi


Ya...
jangan menangis
bagian ini memang sedih
tapi cobalah untuk
tidak membuang air matamu:
hanya membasahi kesunyian
dengan kehampaan

hitam memang hitam
dan cahaya kadang samar
tapi, kehidupan tak akan
menunggu kereta berikutnya

Ya...
jangan menangis

Jogja, April 2010
kadang
masa lalu membisikkan sesuatu
pada angin dingin
kala ranting-ranting kering
berjatuhan di samping nisan
tentang kehampaan yang melenakan
tentang kesunyian abadi
tentang gelap
dan tentang jiwa-jiwa
yang tidak bisa bermimpi
lagi

kadang
kata selamat jalan pun
tak bisa terucapkan

Lubuk Linggau, 02 Mei 2010
semanis duka
seindah kesedihan
sehangat pilu
ah
ternyata maut tak sebegitu dahsyat
seorang lelaki duduk menepi
menanti hujan berhenti
berpikir satu kali lagi
tentang waktu-waktu yang tlah pergi:
adakah sesuatu berguna?

sementara kabut tetap tebal
dan jurang di depan tak terlihat

kini semuanya mulai bergerak melambat
esok mendatangi tidur dalam mimpi-mimpi buruk
dan kesombongan yang selama ini menyembuhkan
mulai melemah

langkah masih tertatih
dan peta bahkan ku tak punya
tapi keangkuhan itu masih berbicara
masih berpijar walau samar

tahun-tahun akan berganti
dan puisi akan berakhir
tapi kini marilah kita duduk saja
memutar lagi film drama itu
dan lihat apakah tokoh utama
akan bahagia di akhir cerita

tiba-tiba sunyi mengulurkan jarak
padamu, perjalanan tak berhenti pada genangan kolam
atau lorong basah cakrawala desember
bayanganmu yang kuyup duka dan mawar
seperti kamboja di sudut taman
menggugurkan daun menyambut bunga

anak-anak bangun lebih pagi
dan bertanya berapa sisa usianya
sunyi pun menghidangkan keabadian semula
: esok tak terduga, waktu yang tak terpecahkan
dalil-dalil
dan engkau sering berbalik membelakangi cermin
mengingat-ingat jenis tanah yang membangun kamarmu
siapa yang lebih kental
darahkah atau karunia?

tabungan yang pecah di tangan cinta
minta dihitung kembali
cukupkah sumur di ladang hatimu bagi
kemarau tahun depan?atau ruang tamu perlu
ornamen baru
:topeng-topeng dan beberapa pucuk senjata?

seandainya engkau diam, waktu tak mungkin menunggu
kartu-kartu undangan dalam antrian panjang
ke dalam mimpi pun engkau tak dibiarkan sendiri
perjalanan tak berhenti oleh genangan kolam
atau lorong basah kemarau
yang menghidangkan kilau untuk sedikit makna
sesunyi apa pun pahala dukamu
detik menjumputi waktu perlahan-lahan
tanpa bosan
tak terasa mimpi kan jadi kusam
kelakar-kelakar di sela kopi akan layu
dan puisi-puisi akan terus berserakan
bagai daunan dihembus angin dingin desember

perjalanan ini terlalu panjang:
ribuan jiwa menempa kerapuhan sejuta asa
sedang akal tidaklah selalu bisa
beristirahat di hening jiwa yang nyaman

titipkanlah hatimu pada angin timur
berharaplah agar ia mau
menerbangkan semua kerapuhanmu
mencapai ujung pelangi biru itu
menutup segala kisah sendumu

Januari 2011, LLG
hujan lagi di sini, matahariku...
rinainya membuatku terngiang tawamu yang segar itu....
................
ya....
aku di sini, matahariku...
terdiam.... berusaha mencari penyair dalam diriku
yang entah sedang pergi ke mana....
ku ingin menulis puisi2 lagi....
seperti saat aku masih bisa memandangmu dengan kedua mata ini
seperti saat masih bisa aku menatapmu dengan keterpanaan yg
mengharukan
...........
kini... lihat..
lihatlah aku...
jatuh di dasar jurang kesia-siaan...
berusaha melangkah... walaupun tak tahu ke mn..
menjalani hari2 kosong dengan setitik semangat yg dibuat2....
sudahlah....

entah kamu akan membaca ini atau tidak
entah di mana kini kamu bersinar
semoga... di sudut2 hatimu masih tersisa sesuatu...
ya.. sesuatu dariku yg menyedihkan ini...
apakah tangis dan tawa bersaudara?
atau gelap ini yang kehilangan makna?
tahukah kau arti desiran angin pagi
pernahkah kau dengar ratapan kisi hari
mereka bertanya-tanya
mereka berusaha mengerti
mengapa semuanya kesia-siaan semata
kenapa tiap orang melacurkan diri untuk ketiadaan
mengapa semu meraja di tiap percik waktu hah...
sekarang bukan saatnya tertawa pahit
atau melafal sesal-sesal bebal
tapi apa pengembara
benar-benar tidak boleh berbelok sedikit

melalui kelemahan demi kelemahan:
ilusi takdir dan segenggam impian
moga kan dapat tetirah yang nyaman bila esok itu ada
kelak semua kan tahu
intisari makna titik-titik kata dedaunan
yang selama ini mempuisikan pasi di diri
kelak semua kan tau
arti malam-malam tanpa arti
yang merinci misteri-misteri tak terperi

...
ya
bila esok itu ada Ini rasa salah
ku terlanjur mengagumi matahari
yang punya semua orang:

ku memetik bintang
yang dipetik semua orang
dalam mimpi

bahkan tidak sakit lagi
saat kau tusuk dengan serpih detik
yang beku di depan sinar matamu
mari kita berbagi
sekerat ilusi di tepi pagi
mari kita nikmati
kelicikan suci layar-layar memori

bahkan maut terlihat termangu
penantian-penantian memucat
laut-laut baka menangisi ibunya

pergilah menari ke kamar itu
lintasi lagi cermin-cermin palsunya
kau mungkin kan sedikit mengerti
kenapa ribuan sayatan luka hampa
tidak kuasa memaksa
sang waktu bangun dari mimpi abadi
Ini keanehan
sebuah malam yang kutinggalkan
di bawah tempat tidur
kenapa hari ini
dia bisa mencegatku di sini
apakah harus kupinjam
seremah cita
dari ujung kegelapan
ataukah mencari simpangan
yang lain saja
karena terkadang
cermin bisa terlihat
begitu menakutkan
Kekosongan itu ada
pernah jadi masa lalu
tapi juga jadi masa kini

ia sesuatu yg tak pernah ingin lepas
selalu ada dan mengintai

terkadang bosan,
bosan dengan kekosongan yg ada
tapi mungkin inilah aku
seseorang yg berteman dgn kekosongan
kosong adalah diriku...
sunyi adalah senandungku...
sepi adalah sahabatku...
hampa adalah udaraku...
tiada adalah pasanganku..
disaat ku berjalan
temanku adalah hampa

diwaktu ku bernyanyi
duetku adalah sunyi

ketika aku bergembira
sahabatku adalah sepi

ketika ku berdansa
ketiadaanlah pasangan setiaku

sunyi...
sepi...
tiada...
hampa...
kuingin menari namun tak ada irama
kuingin melukis namun tak ada kuas
kuingin menulis namun tak ada pena
kuingin bernyanyi namun tak ada nada

aku berteriak...
namun...
tak ada suara.....
hatiku menjerit
jiwaku meronta
tubuhku merana

enyahlah sepi....
tinggalkan aku sendiri dalam sunyi...
ah tidah...
kau juga...
enyah kau sunyi...

pergilah kekosongan..
biarkan hampa mengisi diriku...
tidak..
tidak..
bukan kau..
aku tidak mau engkau mengisi diriku..

tinggalkan...
tinggalkan diriku...
biarkan aku sendiri
tanpa sunyi
tanpa sepi
tanpa kosong
tanpa hampa

hanya aku sendiri.............
wahai sunyi, sang bisikan alam
alunkanlah concertomu
biarkan kami terbius oleh iramamu

wahai sepi sang, pesulap sejati
tunjukkanlah kemampuanmu
sihirlah kami dalam permainanmu

wahai kosong, sang pelukis dunia
goreskan kuasmu
lukislah kami di kanvas kehampaan
Di ujung tombak malam
menyala secercah bias lentera
teduh tak terbaca
seakan mengisyaratkan rasa

telah raib jalan panjang
yang menuntun jauh ke dalam gelap
terpelosok jurang terdalam

semakin lenyap raga tak tersentuh
bimbang kian menyerta
kemana kuharus menapakkan kaki
dalam jalan semu ini??
sudah kubilang aku mau berbaring tidur di atas laut yang biru ...

seandainyapun aku takkan pernah lagi terbangun, ...

biarlah ombak yang mengalun membawaku sampai ke tempat kau berada ...

....sekalipun air mataku akan menitik sembarang waktu ...